Race to Tokyo - 28 April 2020

TUNGGAL PUTRA: 1.Kento Momota, 2.Chou Tien-chen, 3.Anders Antonsen, 4.Anthony Sinisuka Ginting, 5.Chen Long.
TUNGGAL PUTRI: 1.Chen Yu Fei, 2.Tai Tzu-ying, 3.Nozomi Okuhara, 4.Akane Yamaguchi, 5.Carolina Marin.
GANDA PUTRA: 1.Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, 2.Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, 3.Li Jun Hui/Liu Yu Chen, 4.Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, 5.Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
GANDA PUTRI: 1.Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, 2.Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, 3.Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, 4.Lee So Hee/Shin Seung Chan, 5.Kim So Yeong/Kong Hee Yong.
GANDA CAMPURAN: 1.Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, 2.Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, 3.Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, 4.Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, 5.Yuta Watanabe/Arisa Higashino.

Wednesday, May 19, 2010

0 Ulasan Piala Uber 2010

Wang Xin
Tim Cina, bagaimanapun, masih tetap yang terkuat di dunia. Secara keseluruhan putri Cina mendominasi persaingan. Kunci dari keberhasilan mereka ialah keseriusan. Cina seperti tidak tanggung-tanggung di dalam mempersiapkan diri. Bagi mereka, tidak ada pilihan lain kecuali menjadi nomor satu. Maka dari itu mereka terkesan selalu menghormati lawan, seringan apapun lawan yang dihadapi. Semangat ini mungkin dapat kita lihat pada body language para pemainnya selama bertanding. Wang Yihan dan kawan-kawan sangat serius dan fokus di dalam pertandingan. Hilang konsentrasi sepertinya tidak ada di dalam kamus pemain-pemain Cina.
Determination is the key!
 Sejarah tercipta ketika tim Piala Uber Korea merebut trofi bergengsi itu dari tangan penguasa bulutangkis dunia, Cina. Sukss Korea bukan sebuah kejutan melainkan buah dari kerja keras mereka selama ini. Korea telah merintis reputasi sebagai negara kuat bulutangkis di dunia sejak dua dekade lalu. Mereka mengawalinya dengan membangun reputasi pada sektor ganda, hingga akhirnya lahirlah ganda hebat pada diri Park Joo-bong/Kim Moon-soo (ganda putra) dan Park Joo-bong/Ra Kyung-min (ganda campuran). Korea sebelum ini dikenal sebagai penantang kuat regu Cina (dan Indonesia tentunya) namun memiliki kekuatan yang tidak merata -- kurang solid pada sektor tunggal. Nah, dalam Piala Uber 2010 sepertinya Taeguk Warriors menyadari titik lemah ini. Menyadari kalah kualitas dari Cina, putri-putri Korea mengandalkan determinasi. Pola main habis-habisan tanpa takut dan minder adalah kunci mereka mencetak sejarah manis. Selamat Korea!!

Nasib berlawanan menghampiri dua tim, Jepang dan Denmark. Setelah sekian lama tenggelam putri Jepang bangkit untuk mencoba mengembalikan nama besar yang mereka sandang pada masa lalu. Negara ini hilang dari persaingan cukup lama dan tidak kunjung mampu bersaing dengan tim-tim kuat. Dalam Piala Uber 2010 di Kuala Lumpur lalu Jepang menunjukkan perkembangan yang signifikan, melangkah ke semifinal dan bertarung sengit dengan Korea. Pertanda kebangkitan Nippon kah? Kita tunggu saja perkembangannya.

Sebaliknya, Denmark sedang mengalami krisis. Pasca generasi Camilla Martin, Denmark hanya mengandalkan Tine Rasmussen, sang juara All England 2010, seorang. Apesnya, Tine harus menarik diri dari tim karena cidera; hancurlah harapan the Dannish Dynamite. Kita lihat perkembangan bulutangkis putri Rusia dan Jerman. Dominasi Denmark sebagai ratu Eropa terancam karenanya. Apalagi di luar tim peserta Piala Uber tahun ini masih terdapat Prancis, Ukraina, Italia, dan kekuatan lama Inggris dan Swedia. Denmark tidak boleh terlalu panjang bermimpi dalam buaian children story books gaya HC Andersen.

Maria Febe dkk perlu jam terbang lebih banyak
Terakhir, kita amati tim Indonesia. Secara teknis putri Indonesia tidak kalah dari Cina dan Korea. Akan tetapi Indonesia tertinggal dalam masalah mental bertanding sehingga permainannya tidak konsisten sepanjang pertandingan. Kekuatan mental sangat penting dalam pertandingan beregu membela negara. Mental yang hancur membuat konsentrasi terganggu sehingga mudah kalah. Ketahanan mental berhubungan, salah satunya, dengan kebiasaan terlibat dalam kejuaraan. Saya rasa PBSI telah melakukan hal yang benar dengan mengirimkan pemain ke turnamen internasional pada setiap kesempatan. Namun, harus lebih dipersering lagi. Terbukti, dalam salah satu WBF Super Series tahun ini, Indonesia tidak mengirimkan satu pun pemain. Ini tidak boleh terjadi lagi pada kesempatan berikutnya. Berkompetisi terus-menerus dalam waktu 2 bulan lebih baik dibandingkan berlatih di pelatnas selama 6 bulan. Kita harus mampu menangkap nuansa persaingan, mengolahnya, dan menjadikannya referensi untuk mengetahui kelemahan pesaing.

Sumber photo: 
Maria Febe Kusumastuti www.mediaindonesia.com
Wang Xin www.telegraph.co.uk
Tim Uber Korea www.internationalbadminton.org

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

 

BULUTANGKIS Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates